Weekly Log 2025.43-45

Waktu aku mulai nulis log ini, besoknya langsung keok kena demam, jadi penulisannya mundur sampai seminggu setelahnya o)-(


M3 ke-56, event publikasi musik yang berfokus ke kreator swakarya / doujinka / self-published, digelar hari minggu tanggal 26 kemarin \o/ rip to my ssd. Beli CD waktu eventnya digelar masih jadi wishlist yang entah kapan kesampaian.

Waktu menyortir tambahan album untuk library pribadi dari event ini, sekaligus beberapa event lama dan satu CD yang aku beli nitip dari teman dari event lokal, akhirnya nambah belajar lagi seputar tagging dari Musicbrainz yang didukung oleh Navidrome dan Symfonium. Beberapa diantaranya:

  • Tags albumartist dan albumartists (plural) dan penggunaannya yang benar, kurang lebih sama dengan tags artist dan artists (plural). Aku sudah tahu kalau tag pluralnya ada, cuma baru kali ini akhirnya paham penggunaannya yang benar seperti apa supaya bisa terbaca dengan benar di Symfonium.
  • Tag releasetype dan hirearki/level penggunaannya di Musicbrainz. Primary untuk jenis rilisannya (Album (default), Single, EP) dan Secondary untuk jenis tambahan (Compilation, Soundtrack, dll.). Aku sempat mengira penggunaannya jadi satu karena yang tampil di Musicbrainz seperti itu, tapi ternyata digunakan secara terpisah; Misalkan Album EP Soundtrack berarti diisi dengan tag releasetype: EP dan releasetype: Soundtrack terpisah, bukan dijadikan satu seperti releasetype: EP + Soundtrack.
  • Tag albumversion untuk versi berbeda dari satu album yang sama. Misalkan untuk rilis ulang album Worlds dari Porter Robinson versi 10th Anniversary Edition, tagsnya diisi album: Worlds dan albumversion: 10th Anniversary Edition.
  • Tag discsubtitle untuk album dengan multiple disc yang punya nama berbeda. Misalkan untuk album 凋叶棕 - 辿 / 誘, karena berisi dua CD dengan sebutan yang spesifik, 辿 dan 誘, disc 1 diberi tag discsubtitle: 辿 dan disc 2 discsubtitle: 誘.
  • Tag subtitle untuk subtitle dari tiap track. Misalnya untuk track di album Hagali, Ebari and the Forest (link), karena di keterangan webnya ada judul berbahasa inggris dan jepang, judul bahasa jepang aku masukkan ke tag subtitle dan judul bahasa inggris di title.

Agak autis memang mengatur library sampai sedemikian rupa, tapi ketika tahu kalau bisa diatur seperti ini dan bisa digunakan oleh Symfonium dan Navidrome rasanya gatel kalau nggak diatur dengan benar.


Seperti yang ditulis di awal, akhir pekan tanggal 1 November kemarin kena demam parah. Sebuah pengingat kalau musim pancaroba seperti ini jangan terkena angin berlebihan, apalagi ketika malam dan tanpa baju yang cukup tebal. Hydration is king, dan baru setelah hidrasi dengan air putih dan minuman elektrolit terpenuhi baru paksa tubuh untuk berkeringat; kalau prosesnya terbalik malah makin parah. Untungnya sakitnya nggak lama, keesokan harinya tubuhku sudah bisa berkeringat dan mengatur suhu tubuh dengan benar, dan hari seninnya sudah bisa kerja ngajar lagi. Backlog kerjaan yang lain masih banyak sih, dan sekarang pun masih agak keteteran.


Terbesit keinginan untuk mencoba tiling window waktu nanti laptop yang sekarang diperbaiki sudah selesai, tapi masih belum fix bagaimana. Mungkin Sway? Tapi barusan aja aku nyoba KWin script Polonium di laptop yang sekarang aku pakai, utamanya untuk membiasakan workflow tiling window, dan sepertinya juga bakalan pakai ini di laptop baru nantinya. Sejauh ini enak sih, meskipun juga masih agak kagok karena masih proses pembiasaan.

Terkait dengan kustomisasi penggunaan gawai ini, beberapa bulan lalu aku memasang OLauncher sebagai launcher minimalis di hape. Tujuan awalnya buat membatasi penggunaan hape, and it worked to some extent; meskipun jam penggunaannya berkurang tidak sebegitu signifikan, mindless scrolling di homepage dan app list berkurang drastis. Momen-momen seperti “ah, mau buka apa ya tadi” jadi sangat berkurang. Selain itu, aplikasi sosmed besar seperti facebook dan x/twitter sudah nggak aku pasang, dan aksesnya hanya lewat browser (Waterfox) yang sudah dipasang extension SocialFocus untuk membatasi waktu buka dari facebook.

Satu hal yang baru aku sadari minggu kemarin adalah aku bisa membuka aplikasi dari app list OLauncher dengan lebih efisien dengan keyword spesifik dari aplikasi-aplikasi tertentu. Karena app list OLauncher isinya memang daftar aplikasi berdasarkan abjad dari atas ke bawah, dan bukan drawer app dengan tampilan ikon, ada insentif untuk menggunakan fitur search berdasarkan keyword supaya pengguna tidak harus scrolling jauh-jauh, seperti misalnya untuk membuka app youtube yang posisinya berada jauh di bawah. Minggu kemarin, aku baru sadar kalau aku bisa membuka aplikasi dengan singkatan yang ada di dalam namanya, misal Signal cukup dengan mengetik gn saja, karena di app list-ku, nggak ada aplikasi lain dengan nama yang berisi gn. Nggak terlalu signifikan, tapi rasanya enak waktu pertama kali sadar begini :)