Tulisan ini berkutat seputar konsep Digital Gardening yang ditulis oleh jzhao, kreator Quartz. Sekaligus seputar bagaimana penulisan “artikel” laman web ini kedepannya.
“A digital garden is not a file cabinet, nor is it fully an index. A digital garden is less so a well-kempt plot for farming and more a mess of entangled growth. It is a network of interconnected ideas and thoughts, clustered by how they are associated with each other.”
Ini buatku sebuah konsep yang secara bersamaan asing dan familiar, sekaligus sebuah pencerahan dalam bagaimana menulis konten yang didasarkan bukan kepada sebuah kesamaan tematik tertentu, tetapi dari buah pikiran yang memang perlu dituangkan ke dalam tulisan.
Asumsiku ketika tahu seputar istilah digital gardening ketika mulai mengulik Quartz adalah sebuah pembaruan nama dari personal blogging. Blogging sendiri pada dasarnya adalah sebuah istilah yang lumayan arkaik kalau dibandingkan dengan perkembangan paradigma penulisan artikel internet saat ini. Kalau kamu mencari kiat menulis blog sekarang, yang lebih banyak muncul adalah menulis blog untuk sebuah tema ataupun tujuan tertentu, terutama kepada optimasi SEO dan menaikkan trafik untuk tujuan komersil lain - sebuah perjalanan yang jauh dari akarnya sebagai web log yang lebih bersifat intim dan personal daripada artikel web yang lebih konvensional.
Bukan berarti sekarang nggak ada yang seperti itu. Beberapa temanku yang masih ngurus blog, dan juga banyak di luar itu, masih banyak yang topik utamanya “topik yang menjadi perhatianku dan ingin aku angkat buat yang mau baca”. Cuma yang menjadi ide utama terkait kegiatan blogging - to the point optimasi seo demi klik, termasuk kepada pemilihan topik dan tujuan tulisan yang lebih komersil sudah jadi konten umum ketika mencari “bagaimana cara memulai membuat blog”.
Karena inilah konsep ini jadi sedikit asing buatku, karena hitungannya baru kali ini aku melihat laman web, pribadi atau tidak, yang benar-benar difokuskan untuk kurasi ide dan pemikiran yang sedemikian rupa.
Familiaritas konsep ini datang dari latar belakang manajemen ilmu yang aku gunakan lewat Obsidian. Setelah membaca lebih jauh artikel seputar Digital Garden dan entri lain dari laman jzhao, aku tersadar kalau konsep ini kurang lebih implementasi ideal dari manajemen ilmu yang dimaksudkan oleh Obsidian dan banyak penggunanya - kurang lebih sebagai personal wiki bagi apa saja konsep, ide, dan pencerahan yang dipahami dan dicatat oleh individu penggunanya sebagai semacam bookkeeping ataupun pengarsipan. Hanya saja, dalam hal ini konsepnya mengutamakan kemampuan navigasi bagi orang lain (well, diri sendiri juga) untuk menyelami buah pikiran tersebut.
Tujuan dari dibuatnya laman web ini didasarkan pada konsep ideal blog yang dulu - catatan web terkait topik-topik yang aku minati ataupun muncul dalam keseharianku. Ini alasannya kenapa dua tulisan pertama yang dibuat sebelum semua proses tulis menulis dipindah ke sini (Mencoba Aplikasi Manajemen Ilmu dan Use Case Aplikasi Manajemen Ilmu) penulisannya sedemikian rupa - lebih kepada tentang sebuah objek yang kemudian aku masukkan perspektif diriku di dalamnya.
Kalau dipikir-pikir lagi, perubahan penulisan entri ini juga sesuai dengan waktu migrasi ke laman web ini. Artikel-artikel setelahnya lebih banyak kepada buah pikiran dari sebuah topik yang sudah familiar denganku, hanya saja memang belum pernah atau belum banyak aku bagikan di dunia maya. Bisa jadi familiaritas dengan sistem penulisan di Obsidian bagi Quartz sebagai sebuah medium penulisan mempengaruhi topik dan gaya penulisanku - karena sebelumnya aku menggunakan Wordpress sebagai medium penulisan (lebih kepada tempat naruh sebenarnya, tapi maksudku masih sama), aku juga terbawa paradigma umum seputar “apa” yang seharusnya ditulis di dalam blog, sedangkan ketika sekarang menggunakan Quartz, rasanya jadi lebih bebas tentang apa yang bisa dan ingin kutulis.
Apakah berarti gaya atau jenis penulisan yang sebelumnya itu “jelek”? nggak juga, hanya saja antara ini dan itu, keduanya punya tujuan penulisan yang berbeda. Digital Garden, seperti yang ditulis jzhao, pada akhirnya lebih berfokus kepada ide dari subjek daripada objek. Dan saat ini, aku merasa fokus dari digital gardening lebih cocok untukku. Expect more of this style of writing in the future, meskipun aku masih ingin menulis tulisan bergaya analisis ataupun yang perlu sedikit-banyak persiapan kedepannya.
Bagaimana dengan implementasi Digital Garden di laman web ini?
Pada akhirnya, ga bakal aku terapin sepenuhnya seperti itu sih. Konsep ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) rasnya cocok buat hal ini. Konsep umum Digital Garden sebagai kurasi buah pikiran bakal aku terapkan, tapi tidak dengan sistem manajemen tulisannya. Ide dari jzhao terlalu radikal buatku. Atau memang kurang cocok aja.
Sistem manajemen dan navigasi tulisan di laman web ini lebih banyak didasarkan kepada guideline manajemen folder Johnny Decimal, yang juga aku gunakan untuk manajemen Personal Vault Obsidian juga. Aku masih butuh sedikit order di dalam chaos haha.
Satu hal juga yang berkaitan dengan Digital Garden dan laman web ini adalah, kebun yang isinya masih sedikit itu keliatan jelek dibandingkan kebun yang penuh tanaman, seciamik apapun penataannya. Jadi memang butuh waktu untuk mengisi kebun laman web ini.
Have a nice day, y’all.