Ulasan - Notion
Keterangan
Website: https://notion.so
Notion dapat diakses baik melalui aplikasi (official untuk Windows, Mac, Android. Ada alternatif untuk Linux) dan via Web. Untuk keperluan menulis ini, aplikasi yang digunakan adalah aplikasi berbasis Electron yang ada di Flathub, Cohesion. Alternatif lain untuk Linux adalah notion-enhancher, yang menyediakan Notion vanilla dan enhanched untuk Linux. Ada juga aplikasi Notion yang bisa diunduh via Snap package.
Notion menggunakan sistem Block, yang dapat dibaca keterangannya di laman help terkait. Pada dasarnya semua elemen di dalam page notion adalah block (as in lego block), yang selain dapat diisi dengan data sesuai jenisnya, juga dapat dipindah dan disusun.
Data Notion disimpad di dalam cloud, yang dapat diakses dengan menggunakan akun Notion (gratis, dengan opsi berbayar untuk fitur tambahan—detailnya dapat dilihat di laman ini). Konsekuensinya, Notion bisa digunakan di beberapa device bersamaan tanpa repot mengurusi sinkronisasi, selama dapat terhubung ke internet.
Notion juga menyediakan fitur AI, yang secara pribadi nggak kupakai.
tl;dr
Notion cocok digunakan oleh orang yang nggak mau repot mengurusi hal-hal yang lebih teknis dari aplikasi semacam ini, tapi masih menawarkan fitur yang mumpuni untuk kustomisasi tata letak dan pengalaman penggunaan dengan beberapa fitur mutakhir seperti AI, cloud-only storage, dan integrasi ke berbagai macam aplikasi lainnya. Sangat, sangat disarankan untuk penggunaan kolaboratif/tim, yang dapat digunakan secara gratis untuk 10 anggota ke bawah.
Out of the Box Experience
- Ketika membuat akun baru, diberi opsi untuk memilih bagaimana menggunakan Notion - Collaborative work, Personal, dan Student/Research (yang aku pilih personal use).
- Selanjutnya diberi checklist apa-apa saja yang ingin dilakukan dengan Notion - Weekly tasking, Habit tracker, Books and media, etc. - yang dipilih akan dibuatkan template page? (nggak tau istilah resminya di dalam Notion) di bawah Getting Started di sidebar.
- Yang aku pilih Habit tracker, Project Planner, Reading list dan Weekly to-do list. Semuanya sudah dibuatkan data dummy jadi nggak kerasa kosong ketika pertama kali dibuka, dan lebih intuitif untuk “oh, ini penggunaanya seperti ini” lewat edit entry yang sudah ada, dan ada penjelasan deskriptif untuk mengubah/menambahkan entry di bawah judul page.
First Impression
Notion kelihatan ciamik tanpa harus dikustomisasi macem-macem, dan masih bisa dikustomisasi lebih lanjut lagi.
Power utama dari Notion ada di kurasi Templatenya. Yang di tab Featured rata-rata berbayar, tapi kalau pindah ke tab Work, Life, atau School, yang ditampilkan di paling atas rata-rata yang gratis. Use that as you see fit. Ini yang sepertinya akan sulit dijawab oleh aplikasi alternatif Notion, seperti AppFlowy atau Anytype (terutama AppFlowy, kalau mengingat bagaimana pengalaman terakhir kali menggunakan AppFlowy setahun kemarin).
Collaborative use bisa dilakukan dengan Teamspace (basically shared workspace). Free plan masih memungkinkan untuk tim kecil (10 orang max.), di atas itu perlu pakai paid plan.
Usage Difficulty Curve
Impresi
Basisnya berupa block/object, dan bisa dikustomisasi bermacam-macam dalam satu page. Sangat disarankan untuk menggunakan template alih-alih membuat page baru dari nol, kecuali sudah lumayan familiar dengan Notion dan pengen membuat page yang spesifik menjawab kebutuhanmu (in most cases, templates are enough anyway, and it’s better to edit preexisting ones instead of making one from scratch).
Sistem block ini yang membuat difficulty curve penggunaannya agak naik, tapi bisa dijawab dengan penggunaan template—kompleksitasnya baru muncul dalam penggunaan yang lebih advanced, bisa dibilang (tapi semuanya sudah ada out of the box). Penggunaan yang paling disarankan adalah dengan menggunakan sebuah template jadi untuk satu use case tertentu, yang kemudian dikustomisasi sendiri sesuai kebutuhan (ganti layout, nambah reference ke page lain, dll.).
I gave up making something from scratch.
Setelah penggunaan beberapa hari
Kepikiran kalau Notion itu perlu waktu setup terlebih dulu yang lumayan ekstensif, paling nggak dibuat senyaman mungkin jadi ketika akhirnya ada sesuatu yang perlu ditulis bisa langsung masuk ke page utama aktivitas terkait dan nulis.
Kalau perlu dibandingkan dengan Obsidian, di Obsidian cuma perlu setup folder rudimentary (seberapa jauh mau dimanage pembagian foldernya itu sesuai keinginan, atau bahkan opsional kalau mau bergantung kepada fitur Search/plugin Omnisearch) sebelum bisa nulis. Mungkin plugin Template/Templater, tapi itu pun opsional dan bergantung keinginan.
Soal kustomisasi tata letak page, memang perlu terbiasa drag & drop seperti aplikasi-aplikasi yang banyak keluar akhir-akhir ini (nggak kepikiran spesifik, cuma emang rasanya meta aplikasi sekarang, terutama yang targetnya orang awam, ya begini—kayaknya terakhir pake Wordpress.com juga begini, pake block system). Kalau enggak terbiasa, rasanya agak menyulitkan atau repot. Tapi overall sistem keseluruhannya bagus; Meskipun sistem dasar dari tata letak dan manajemennya termasuk agak sulit untuk dibiasakan, tapi masih ada opsi berupa template bagi pengguna baru dan awam sehingga nggak harus dipaksa menguasai sistem dasarnya untuk bisa menggunakan Notion.
Kurasi template yang ada di Notion sudah sangat mumpuni. Impresi awalku adalah mungkin bakal perlu mengembangkan template yang sudah ada untuk keperluan yang lebih spesifik, tapi setelah nyoba nyari beberapa keyword ternyata nggak perlu. Jadi tinggal pake keyword yang spesifik aja untuk mencari template yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, mengembangkan workspace/page yang sudah ada lebih kepada preferensi pribadi seputar estetik. Belum nyoba ngisi satu page secara penuh (mungkin entry wiki), tapi sepertinya di tingkatan seperti itu barulah kustomisasi diperlukan. Good thing is that everything is usable from the get go, without needing any add-ons. I do think writing everything and then editing it is a hassle, though, because of blocks works in Notion (nulis sedikit dan edit tata letak > workflow nulis terpecah, nulis keseluruhan dan edit tata letak > banyak yang harus diedit, makin males). That said, customizing is completely optional, but the fact that it is possible and quite easy to do (it’s just tedious) gives you a bit of temptation to do it and possibly overedit everything.