What should define you?

Ini pertanyaan yang setiap beberapa waktu muncul di pikiranku. Karena jawabannya nggak linier ataupun terus terang. Dan kesimpulan pribadiku ini juga sama ketika aku mengarahkan pertanyaan ini dengan obyek orang lain.

Salah satu pemahaman yang aku dapatkan dari bangku kuliah Sosial-Humaniora adalah bahwa manusia itu tidak bisa didefinisikan secara satu dimensional. Sekilas mungkin bisa, apalagi jika persepsi itu muncul dari first impression, entah kepada orang asing yang lalu lalang di jalan ataupun ketika baru kenal pertama kali di media sosial atau oleh teman dekatmu. Tapi semakin kamu mengenal seseorang lebih dekat, aku percaya impresimu kepada mereka akan berubah seiring waktu dan dekatnya hubunganmu.

Belum tentu, memang, dimensi yang mereka bawa benar-benar berbeda satu sama lain sampai terasa acak - tapi beberapa orang yang aku kenal hingga terasa ‘wah’ memang seperti ini, punya minat dan hobi yang rasanya nggak berhubungan satu sama lain secara sekilas - tapi harusnya pemahaman ini masih bisa diterapkan. Seperti batu yang dipoles hingga keluar berbagai macam bentuk dan polanya, ada yang berbentuk seperti batu kali yang masih bisa dibentuk menjadi alat batu prasejarah, ada pula yang berbentuk mineral dengan fisik yang jelas membuat mata tercengang, “buset, bisa seperti ini, ya”.

Hal yang sama juga bisa diaplikasikan ke diri sendiri, terlepas dari bagaimana bentuk rupa yang kita bayangkan sendiri. Menerima bahwa hal ini adalah hal yang sebenarnya bagi kita, buatku adalah salah satu langkah yang bagus diaplikasikan kalau kamu merasa dirimu terlalu membosankan atau kamu punya self-esteem yang cukup rendah.


Ada sebuah konsep yang menurutku menarik untuk dibahas terkait dengan topik ini. Asalnya dari Manga Mahou Sensei Negima! / Magister Negi Magi.

Magia Erebea. Kalau diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dari Latin, artinya adalah Dark Magic. Tanpa menyelam terlalu dalam kepada sistem sihirnya, mekanisme dari sihir ini adalah menggunakan sihir menyerang tingkat tinggi sebagai suplemen tubuh sehingga memiliki sifat/properties yang sama dengan sihir menyerang tersebut. Kurang lebih alih-alih digunakan secara langsung untuk menyerang, sihir tadi digunakan sebagai enhancement untuk nge-buff serangan fisik ataupun sihir dengan elemen serupa (Negi, protagonis ceritanya, menggunakan sihir elemen angin/listrik sehingga bisa memliki tubuh listrik yang bisa bergerak secepat kilat).

Yang menarik dari Magia Erebea adalah bagaimana perjalanan yang harus ditempuh agar bisa menggunakannya. Di luar adegan aksi yang wajar ada di komik shonen, filosofi dasarnya simpel: Accept yourself as is, good or bad, outside of any morality except yourself. Kamu adalah kamu, terlepas dari bagaimana definisinya, baik atau buruk. Itu adalah bagian dari dirimu dan jangan ditolak, ataupun dibuat menjadi definisi dirimu secara parsial.

Tentu saja, perlu konteks untuk memahami bagian terakhir yang rasanya janggal ketika diaplikasikan ke urusan dunia nyata. Negi punya masalah yang sangat berat dengan cycle of revenge kepada pihak-pihak yang berpengaruh kepada terjadinya tragedi di masa kecilnya (dan ini ngomongin karakter yang baru menginjak usia belasan tahun - tragedi ini muncul ketika dia masih berusia 5-6 tahun, kalau tidak salah). Ini bagian penting yang menjadi konsiderasi morality dalam filosofi ini - menerima bahwa emosi buruk ini ada, dan mengarahkannya kepada hal yang lebih baik. Dalam kaitannya kepada cerita Negima secara keseluruhan, berarti mengarahkannya kepada aksi yang righteous, selayaknya seorang protagonis.

Kalau itu hal yang buruk, jangan dijadikan sebagai sebuah branding atau ciri diri, dan kalau kamu tahu bahwa itu adalah suatu hal yang buruk, berusahalah berkembang dari itu. Atau dalam kata lain, grew yourself out of it, not despite of it. Pada akhirnya diri sendiri lah yang menentukan moralitas seperti apa yang kamu percayai, kalau berfokus kepada bagian terakhir dari filosofinya. Dengan begini, penerimaan kepada semua hal yang menjadi definisi diri sendiri lah yang bisa mengantarkan seseorang menjadi the best version of themself.