Ada dua hal yang membuatku ingin menulis soal sistem journaling. Impetus utamanya sih post ufal seputar gimana dia sekarang menggunakan bullet journaling yang bisa dibaca di sini. Selain itu, ada perubahan yang cukup berarti dari sistem journaling/tasking yang aku pakai sekarang, to the point sampai bisa dibuatkan artikel baru. Detail dari bagaimana perubahan itu bakal dimasukkan ke addendum artikel Bagaimana Aku Menggunakan Aplikasi Manajemen Ilmu Saat Ini.

Artikel ini kurang lebih saduran dari berbagai artikel serupa ataupun video youtube terkait journaling, dalam bahasaku sendiri. Sumberdaya terkait yang bisa dibuka jika ingin mendalami lebih lanjut seputar journaling akan aku taruh di bagian paling akhir, ataupun ketika menjadi relevan.

Apa itu Journaling?

Journaling pada dasarnya bisa disebut sebagai aktivitas menuangkan isi pikiran. Tujuan akhirnya adalah menuliskan apa yang ada di pikiranmu, terlepas dari topik dan kategori, ke dalam tulisan, sehingga nggak terpendam dan membebani isi kepala. Anggap saja seperti ngobrol dengan teman terdekatmu yang bisa kamu percaya, tapi temanmu ini adalah buku. Atau aplikasi catatan. Atau kertas nota yang kamu sobek untuk ditulisi secara singkat. Ini bisa dilakukan unprompted, ketika pikiran itu terbesit, ataupun dalam jadwal yang teratur, seperti sistem daily journal, dimana seringkali dijadwalkan membuat entri jurnal di satu waktu tertentu, seperti pagi dan malam hari.

Sepemahamanku, yang penting dari aktivitas journaling itu adalah proses penulisannya. Hasil akhir tulisan boleh kamu simpan sebagai arsip yang bisa dibuka sewaktu-waktu, ataupun kamu bakar atau buang sehingga terlupakan. Pokoknya, apa yang terbesit di pikiranmu sudah kamu luapkan keluar. Ada beberapa jenis journaling yang mendorongmu untuk menyimpan tulisan jurnal yang sudah dibuat, terlebih jika itu adalah jurnal berjangka waktu, seperti jurnal lima tahunan, dimana kamu kurang lebih menulis satu jurnal per tahun dengan pembagian tiap bulan per satu halaman (atau satu tempat entri), dan pengarsipan seperti ini juga bagus untuk mengukur seberapa jauh kamu sudah berkembang dari waktu ke waktu selama menulis jurnal. Ada pula sistem jurnal yang bisa disimpan atau tidak, seperti surat tak terkirim (link youtube, dibahas dalam salah satu poin), dimana kamu menuliskan surat yang kamu andaikan akan kamu kirim kepada seseorang, dengan tujuan tertentu. Contoh yang kudapat dari video youtube tadi salah satunya menyebutkan penanganan Trauma PTSD sebagai salah satu skenario dimana teknik journaling seperti ini bisa membantu.

Gimana dengan isi dari jurnal itu sendiri? Tiap teknik journaling punya topiknya sendiri-sendiri, tapi kalau kamu baru ingin memulai, tulis saja apapun yang terbesit di pikiranmu yang sekiranya bisa mengganggu aktivitas ataupun kondisi pikiranmu (pikiran random yang muncul waktu bekerja, misal). Jenis pikiran apa saja yang ingin kamu tulis atau tidak pada akhirnya kembali ke kamu sendiri.

Sistem seperti bullet journaling (link youtube, link artikel) meminta kamu menuliskan apa saja yang ingin kamu kerjakan dalam sehari, idealnya yang berkaitan dengan keinginan selama seminggu ataupun jangka waktu menengah, dan review apa saja yang berhasil dan tidak di akhir hari. Dari pengalamanku secara nggak sengaja make sistem jurnal ini, penggunaan utamanya lebih kepada sistem daily tasking. Cocok dipakai kalau memang ingin memajamen aktivitas sehari-hari dengan goal atau target tertentu.

Journaling untuk mengatur kecemasan dan perasaan (link youtube, dibahas dalam salah satu poin), misalnya, secara spesifik memintamu untuk menuliskan hal-hal yang sekiranya pada satu waktu membuatmu cemas ataupun mengganggu perasaanmu. Kembali lagi, salah satu tujuan utamanya adalah menuangkan pikiran itu tadi sehingga nggak berkecamuk sendiri di kepala, sehingga kamu bisa beneran melakukan sesuatu untuk menangani hal yang membuatmu cemas atau mengganggu perasaan.

Commonplace book merupakan sistem journaling lain yang secara spesifik berisi ilmu apapun yang kamu serap, kurang lebih sebagai pencatatan keilmuan yang nggak tertata secara kategoris. Salah satu video youtube menyebutnya knowledge garden, atau semacam itu.

Journaling harus ditulis di mana?

Aku nggak bilang kalau ada yang menyebutkan “ngejurnal harus di buku yang bagus!”, tapi nada dari berbagai konten kreator banyak mengarah ke sana. Benar sih, menulis di buku, apalagi yang memang disayang-sayang sebagai buku jurnal yang ciamik dengan sampul sesuai keinginan itu bisa menjadi dorongan untuk menulis jurnal. Tapi bukan berarti itu jadi syarat.

Jurnal bisa ditulis di buku apapun, ataupun media tulis lain (seperti aplikasi menulis- heck, mau nulis jurnal di Word juga bisa kalau mau) - yang penting dirimu nyaman untuk menulis jurnal di sana. Mau buku tulis anak sekolahan yang sampulnya random, buku agenda, ataupun buku jurnal yang harganya mahal, selama kamu enak untuk nulis jurnal di sana, itu sudah jadi media tulis paling ideal. Ada jenis journaling seperti junk journal (link youtube) yang secara sengaja membuat buku yang semrawut secara estetik, dengan tambahan sana sini yang nggak tertata.

Kalau kamu nggak tertarik untuk menulis secara tradisional, aplikasi manajemen tulisan (ketik) bisa jadi pilihan yang bagus. Mungkin kamu seperti aku, yang tulisan tangannya jelek - nggak bagus sampai enak dibaca, tapi nggak jelek secara gaya seperti tulisan dokter, jadi macem ceker ayam - dan nggak ada keinginan untuk memperbaiki tulisan tangan itu sehingga malas untuk nulis secara tradisional. Aplikasi seperti Obsidian jadi pilihan yang lumayan populer untuk menulis jurnal. Kalau malas, mau pakai google notes ataupun nyimpan google docs sebagai jurnal juga bisa jadi alternatif, meskipun pada akhirnya punya kekurangan masing-masing. Sekenanya, lah. Kembali kepada dirimu sendiri mau menulis dengan cara seperti apa. Aku sempat baca anekdot di komentar youtube (lupa video apa ini) kalau ada yang menggunakan unsent email sebagai media penulisan jurnal.

Pilih sistem jurnal yang mana untuk memulai?

Pada akhirnya, cara terbaik untuk mulai journaling adalah mencoba sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, serta yang dirasa nyaman dilakukan. Kalau ide seputar membuat jurnal yang tertata rapi, dengan hiasan-hiasan per halaman yang ciamik dan dibuat sendiri secara manual rasanya terlalu berat ataupun kurang nyaman dilakukan, ya coba cara lain. Pilihan seperti digital journaling (yang bisa dilihat contoh dari penggunaanku di sini, karena tiap entri jurnal bisa diedit dan ditambah sewaktu-waktu sehingga nggak mikirin estetika, ataupun messy journal, dimana dengan sengaja membuat entri yang nggak tertata rapi, bisa dicoba.

Kalau memang ada niatan untuk menantang zona nyaman dengan nyoba jenis jurnal tertentu, gaskan! Kalau dirasa cocok dengan sistem yang dicoba, lanjutkan aja, tapi kalau nggak cocok tinggal fallback ke pilihan jurnal sebelumnya ataupun sistem jurnal yang lain.

Meskipun demikian, salah satu poin yang bisa diperhatikan (disadur dari video youtube ini) adalah perlunya satu sistem atau batasan, entah dari pengorganisasian ataupun topik/fokus jurnal supaya kamu bisa berangkat mencoba journaling dengan terarah dari satu titik, tanpa bingung berlarut-larut harus ngapain ataupun nulis apa.

Pranala