Ga punya foto bagus buat artikel ini, jadi difoto saja lah meja waktu ngerjakan artikel ini.
Ini berkaitan dengan motto? etos? hidup yang baru terpikir sebagai suatu hal yang konkrit buatku akhir-akhir ini.
Idiom yang sudah banyak diketahui orang adalah “don’t put all your eggs into one basket”, yang kurang lebih maksudnya adalah jangan mempertaruhkan semua sumber daya yang kamu punya di dalam satu hal saja. Utamanya sih idiom ini banyak digunakan untuk hal-hal seperti investasi, dimana lebih baik untuk menyebar portofolio investasi daripada betting satu portofolio naik melejit to the moon.
Aku memodifikasi idiom tadi untuk topik produktivitas, yang kurang lebih jadinya “you can’t put your egg into two basket at the same time”.
Apa arti idiom ini? Untukku, kamu nggak bisa menaruh fokusmu kepada dua hal secara bersamaan dan berharap kamu bisa bekerja secara maksimal kepada keduanya. Atau tiga. Atau lebih dari itu.
Intinya, ketika kamu punya urusan yang terbilang banyak dalam satu waktu, misal dalam sehari ada lima target yang harus diselesaikan, akan lebih baik jika kamu berfokus kepada satu target satu per satu. Daripada meribetkan diri sendiri dengan berusaha nyicil multitasking semua target secara bersamaan, akan lebih produktif untukmu jika kamu fokus kepada satu target, menyelesaikan target itu, baru berpindah ke target lain.
Ini bisa dibilang sebuah revelasi buatku. Sebagai orang yang (self-proclaimed, tapi ada dasarnya) neurodivergent, pemikiran seperti ini membantu sekali. Dengan alur kerjaku sebelum ini, aku sudah menempatkan sekian task yang ingin aku selesaikan dalam satu minggu. Permasalahannya adalah seringkali karena task yang aku jabarkan saking banyaknya, aku ngerasa overwhelmed dengan daftar task tadi, nggak tahu mana yang harus dikerjakan dulu, dan akhirnya banyak nggak selesainya.
Dengan berfokus kepada satu task ke task yang lain, pengerjaan task tadi pada akhirnya akan selesai satu per satu. Rasanya obvious memang, tapi sebelum sadar akan alur kerja seperti ini bisa jadi ini adalah sebuah hal yang tidak terpikirkan ketika dihadapkan dengan tugas yang menumpuk.
Aku rasa ini nggak terbatas hanya kepada produktivitas. Goals hidup, prioritas relasional, apalah, bisa dijalankan dengan menggunakan etos seperti ini.
Buatku, ini adalah sebuah revelasi yang penting. Karena saat ini tujuanku salah satunya adalah menghidupi diri sendiri lewat freelancing, yang pada akhirnya manajemen waktu dan lain lainnya memerlukan manajemen yang dilakukan secara pribadi, sistem seperti ini sangat membantu sekali.
Gimana pengaplikasiannya dengan sistem kerja yang aku gunakan sekarang?
Saat ini aku selalu ngelist target apa yang perlu atau ingin dilakukan selama seminggu di akhir minggu sebelumnya, biasanya di hari minggu waktu sore atau malam hari di parent notes tasking yang sudah kubuat. List itu akan menjadi acuan apa saja task utama yang perlu aku lakukan selama seminggu kedepan.
Setiap hari, paling tidak dalam waktu beberapa jam setelah bangun pagi, aku ngelihat lagi apa saja task yang belum selesai di dalam parent notes tasking tadi, sambil mikir apa yang bisa dan ingin aku kerjakan hari ini terkait list tadi. Kurang lebih ini taktik untuk memecah beban kerja yang sebelumnya besar menjadi target kecil yang bisa diselesaikan satu per satu. Seringkali, untuk memecah kebosanan dan mencegah mindblock, aku mengerjakan setidaknya dua atau tiga hal dalam satu hari, tapi dalam satuan yang kecil.
Misalnya, aku punya target bikin dua tulisan blog dalam satu minggu dan dua target editing doujinshi dan manga. Aku bakal nyicil salah satu tulisan dalam satu hari, sesuai mood ataupun apa yang terpikirkan di hari itu waktu pagi-siang hari, dan juga ngerjakan salah satu editing doujinshi setidaknya beberapa halaman waktu siang-sore harinya, bergantung seberapa lama aku bisa ngerjakan sampe capek. Ini juga belum tambahan beberapa task yang secara mendadak perlu dilakukan dalam satu hari, seperti bersih-bersih kamar ataupun hal lain yang nggak direncanakan sebelumnya.
Hal penting yang aku rasa perlu dicatat dalam hal seperti ini adalah jangan maksa untuk ngerjakan sesuatu ketika sedang nggak mood, ataupun secara fisik atau mental nggak bisa ngerjakan suatu hal, kecuali memang ketika itu nggak bisa dihindari lagi, seperti misalnya dipepet deadline. Poin nggak maksa ini penting untuk mencegah mindblock waktu ngerjakan sesuatu, apalagi ketika yang dikerjakan punya nilai kreatif. Tapi pada akhirnya akan lebih baik kalau kamu bisa menggunakan taktik manajemen mindblock dan kreativitas lain yang lebih produktif. Intinya, jangan maksa, tapi juga jangan dileyeh-leyehkan sampe pada akhirnya nggak ngerjakan apa-apa. Moderasi itu penting, tapi juga jangan sampai jadi alasan untuk berhenti.
Good luck on your own endeavor in life, whatever it is.